Meditasi Kopi

Meditasi selama ini dibayangkan sebagai kegiatan duduk bersila dengan mata terpejam. Padahal, praktiknya tidak mesti begitu. Saya sendiri lebih suka menggunakan kopi sebagai medianya. Ya, meditasi kopi. Begini caranya.

Bangun tidur, saya berjalan menuju dapur untuk mencari sekantong biji kopi. Mata saya menatap kantong, memilih jenis biji kopi yang hendak saya giling hari ini. Saya memperhatikan karakter rasanya. Di sinilah proses meditasi kopi saya dimulai.


Jemari saya membuka kantong dan mendekatkannya ke hidung. Saya menghirup aromanya yang begitu harum dalam satu tarikan nafas. Nikmat.

Setelah membuka kantong kopi, jemari saya mengambil segenggam biji kopi dan mengeluarkannya. Sekali lagi saya mengamatinya (dan menyadari, biji kopi Arabica memang lebih imut daripada Robusta). Permukaan kulit di telapak tangan saya merasakan tekstur biji-biji kopi itu sebelum menuangkannya di alat penggiling (saya menggunakan manual grinder).


Tuas alat penggiling saya putar demi mengubah biji kopi menjadi bubuk. Pada proses ini, saya mengaktifkan dan memaksimalkan kedua telinga, mendengarkan gemeletuk biji kopi yang perlahan hancur di dalam gilingan, berubah menjadi bubuk. Saya juga merasakan otot bisep berkontraksi kala menggiling kopi. Saya memaksimalkan kontraksinya atas nama olahraga ringan.

Setelah dirasa cukup, saya membuka ruang penampungan kopi di bagian bawah penggiling. Saya melihat bubuk itu dan menghirup baunya. Telinga saya mendengarkan suara tarikan dan embusan napas kala menghirup aroma bubuk kopi.

Sampai sini, proses meditasi kopi bisa dianggap selesai. :)


Comments

Post a Comment

Popular Posts