Tips Membaca, Merangkum, dan Membuat Resensi bagi Orang Sulit Fokus


Beberapa hari terakhir, saya menyadari bahwa ternyata sulit sekali untuk menjadi fokus dalam membaca. Padahal, waktu sekolah dulu, sepertinya hal-hal semacam itu bukan sesuatu yang mustahil untuk dilakukan.

Dulu, saya sanggup membaca novel terbaru Harry Potter (yang semakin lama semakin mirip kamus itu) seharian. Fokus saya tetap terjaga. Kenapa sekarang tidak?

Saya lalu "suuzhan" pada pergeseran peran kita dari people of the book menjadi people of the screen

Maksud saya begini. Ada perbedaan mendasar antara buku (book) dan layar (screen). Perbedaan itu terletak pada karakteristik keduanya. 

Lembar-lembar buku punya huruf-huruf yang statis. Tidak bergerak. Kalaupun ada gambar, ya gambarnya tidak bergerak juga, kan? (Kita tidak sedang berada di film Harry Potter, btw). 

Warna hurufnya pun sama; selalu hitam (kecuali buku anak-anak). 

Sekarang coba kamu bayangkan layar ponsel. Membaca pada layar ponsel lebih sulit daripada buku. 

Layar ponsel memungkinkan gambar untuk bergerak. Huruf-huruf bisa berubah warna, bisa latah bergerak juga. Itu belum termasuk iklan-iklannya, ya. 

Oh, dan jangan lupakan notif yang sesekali nongol.

Akhirnya, hal-hal semacam ini membuat kita sebagai people of the screen mudah terdistraksi. Ini pula yang membuat saya berusaha menulis dengan paragraf-paragraf pendek dalam post ini. Hayo, jangan lihat-lihat ke paragraf sebelumnya. :p

Ketika kamu memutuskan untuk kembali menjadi people of the book, rasanya sulit sekali untuk menceritakan kembali isi buku kepada teman secara proper. Iya, saya juga.

Saya berkonsultasi kepada beberapa teman tentang hal ini (so I have to thank Shaffira Hermana, Wahyu Awaludin, and Tika Ramadhini for the insightful chat). Ini yang saya dapat: tips membaca, merangkum, sekaligus membuat resensi bagi orang yang sulit fokus.

1. Menetapkan tujuan. Membaca sama saja dengan menabung dan berinvestasi. Apa tujuan kamu membaca? Informasi apa yang ingin kamu dapatkan?

2. Berpikir secara struktural. Sering-sering lihat judul dan daftar isi. Pahami kerangka berpikir si penulis. "Baca" arah pemikirannya seperti kamu membaca arah aliran bola dalam permainan sepak bola.

3. Catat. Saya sering menyelipkan selembar kertas A4 yang dilipat untuk menjadi pembatas buku sekaligus catatan ide utama setiap bab.

4. Cari ide utama. Ini adalah turunan dari poin kedua. Struktur ide dari sebuah buku terdiri dari 

    • judul;
    • bab;
    • subbab; dan
    • paragraf
Kalau kamu mau merangkum secara garis besar, catat ide utama setiap bab dalam satu kalimat. Kalau mau lebih rinci, catat ide utama setiap subbab. 

Caranya? Perhatikan saja kalimat-kalimat di awal paragraf. Biasanya, seorang penulis akan memuat kalimat utamanya di awal paragraf, meskipun ada juga yang meletakkannya di akhir paragraf. Pokoknya begitu ketemu, langsung tandai kalimat-kalimat utamanya.

5. Ngebut. Fokus dalam membaca itu seperti stamina saat kamu berolahraga: ada batasnya. Batas fokus seseorang berbeda-beda. Karenanya, ngebutlah dalam membaca. Ingat tujuan, lalu baca dengan cepat untuk mencari ide utamanya. Begitu sudah tidak bisa fokus sama sekali, kamu akan menyadari bahwa catatanmu sudah banyak.

6. Jauhkan ponsel. Atau dekatkan, tapi instal Moments atau ( Offline ). Inspirasinya saya temukan dari blog Badroni Yuzirman. Keduanya adalah aplikasi untuk mereka yang ingin mengurangi/melepaskan kecanduan terhadap ponsel. Jadi, kamu bisa sekalian smartphone detox.

7. Udah, gitu aja. Kalau kebanyakan nanti kamu nggak jadi baca.

Niatnya menulis pendek, jadinya tetap panjang. Mudah-mudahan fokusmu cukup terjaga sehingga sampai membaca kalimat ini.

Salam dan selamat membaca!

pixabay

Comments

Post a Comment

Popular Posts