Cara Menulis




Satu lagi inspirasi yang gue dapetin dari kamar mandi.

Terkadang ketika bertemu dengan seseorang yang tahu bahwa gue adalah seorang penulis, terlontar pertanyaan semacam ini.

“Gimana sih caranya menulis?”

Barangkali, ini adalah pertanyaan basa-basi (atau beneran niat?) yang butuh waktu bertahun-tahun buat ngejelasinnya. Nggak percaya? Baca semua buku pelajaran Bahasa Indonesia di SD, SMP, dan SMA. Karena itu, kalo ada yang nanya cara menulis ke gue, biasanya gue akan jawab dengan dua kata.

“Banyak baca.”

Setelah itu, gue bakal liat reaksinya.

Kalo dia cuma bilang, “Ooo…,” berarti itu adalah pertanyaan basa-basi.
Kalo dia bilang, “Maksudnya?” gue akan jelaskan lebih lanjut.

Setiap penulis punya proses kreatifnya masing-masing, termasuk gue. Jaman dulu kalo dalam suatu sesi sharing menulis gue ditanya hal-hal yang sifatnya teknis, biasanya gue suka gelagepan. Bingung, mau ngomong apa. Setelah dipikir-pikir lagi, gue begitu karena gue menulis secara intuitif. Maksudnya, gue bukan tipe orang yang ngumpulin tips-tips menulis sampe harddisk penuh. Nggak gitu. Gue orang yang ‘baca, terilhami, lalu menulis.’ Gaya menulis gue akan dipengaruhi dengan kuat oleh buku apa yang sedang gue baca pada saat itu.

Secara sederhana, gue membagi teknik membaca berdasarkan dua kategori bacaan; sejenis dan beda jenis.

Sebagai penulis yang doyan menulis ‘haha-hihi’, gue perlu bahan bacaan yang sejalan dengan jenis tulisan. Karenanya, gue akan melihat bagaimana penulis kawakan seperti Adhitya Mulya, Arry Risaf Arisandy, dan Raditya Dika memulai tulisannya, menampilkan hal-hal yang lucu, dan mengakhiri tulisannya. Ini penting untuk membentuk dan memperkuat teknik penulisan gue. Pada dasarnya, ini sama kayak ngerjain tugas kuliah; kalo elu disuruh bikin makalah sejarah ekonomi, baca literatur yang berkaitan dengan sejarah ekonomi.

Meski begitu, gue juga tidak boleh menutup diri pada buku selain komedi. Awalnya, gue hanya membaca buku-buku tersebut sebagai sumber pengetahuan umum. Dalam proses menulis, buku-buku ini ternyata punya andil tidak langsung dalam tulisan yang gue hasilkan. Misalnya, kita mau bikin karakter seorang bankir. Membaca buku (atau berita) tentang dunia perbankan meski awalnya cuma iseng-iseng ternyata membantu proses penulisannya. Jadilah karakter bankir terasa nyata ketika dibaca, terutama oleh mereka yang latar profesinya memang bankir.

Jadi, mau baca buku apa hari ini?



Comments

Popular Posts