Tiga Fenomena Kampus

Bukan. Ini bukan fenomena-fenomena misteri atau mistis tentang tempat-tempat tertentu di berbagai sudut kampus. Ini fenomena yang—kalo boleh gue golongkan—bersifat sosio-ekonomi dan mudah dijumpai dalam kehidupan mahasiswa sehari-hari.

Langsung aja.

1. Temen. Dari awal kuliah, naluri survive dari terjangan senior memaksa kita untuk mencari setidaknya satu orang teman. Selain untuk survive, punya banyak teman tentu banyak gunanya. Misalnya, kamu bisa nanya mereka kalo gak ingat letak kelas tiap awal semester (gue sering banget nih, hehe). Teman juga bisa berguna sebagai medium kegiatan-kegiatan yang meng-gunakan intelegensia (diskusi, riset, ngerjain esai, mempersiapkan presentasi dan lain-lain) hingga kegiatan yang tidak melibatkan intelegensia (mainan bubuk mesiu, ngisep lem, ngemut sambel, dan lain-lain). Hampir semua mahasiswa punya teman dekat selama kuliah. Uniknya, teman dekat ini bisa berubah setiap tahun.  Mungkin semester 1-2 kita temenan sama A dan B, lalu semester 3-4 sama C dan D, atau mungkin A dan C. Semester 19? Junior. Atau bisa juga asisten dosen (yang dulunya temen seangkatan).
2. Titip absen. Gue dulu punya banyak temen yang hobi titip-menitip absen. Si A titip absen ke B, besoknya gantian. Bahkan ada temen yang punya branding sebagai penitip absen. Asal sekelas sama dia dan punya nomor ponselnya, lu bisa titip absen sepuasnya. Sensasinya mungkin seperti main Grand Theft Auto pakai cheat ‘absen unlimited’. Kalo setiap titip absen dihargai sejuta rupiah, mungkin dia bisa beli rumah. Sayang, dia nggak melihat ini sebagai suatu peluang usaha.  Gue sendiri nggak suka dititipin absen sama temen. Itu korupsi, bagi gue. Nggak ada gunanya kita menghina korupsi Pemerintah kalo titip absen aja masih dilakuin. Konsekuensinya, gue juga nggak boleh nitip absen ke temen dong. Tapi gue pernah nggak masuk kuliah karena urusan tertentu. Karena jatah absen masih banyak, gue santai aja. Eh, nggak taunya ada yang meniru tanda tangan gue di absen. Jatah absen pun tidak berkurang, hehehe.
3. Kekurangan uang. Terutama di akhir bulan, akibat di awal bulan senantiasa makan di mal atau tempat yang agak mahal atau terlalu sering nraktir temen. Mahasiswa yang bilang ‘uang bukan segalanya’ kemungkinan terlalu dimanja oleh bapaknya atau tiap bayar makanan selalu ngutang. Setiap organisasi yang acaranya berjalan dengan baik nan spektakuler biasanya punya tim danus (pendanaan-usaha) yang solid, entah mereka jualan, ngamen, cari sponsor, atau ketiganya sekaligus. Masalah uang juga berlaku di kalangan mahasiswa secara individu. Masalah ini disiasati dengan wirausaha, ikutan riset/proyek kampus yang ada duitnya, atau kerja sambilan (mengajar, menerjemahkan, dll.). Kalo mau yang praktis, biasanya ikutan program beasiswa Pemerintah.

Nah, itu dia tiga fenomena yang mesti akan dijumpai kalo kita kuliah. Ada yang mau nambahin?