Novel Kapan Terbit?
Sejujurnya, novel gue
telat terbit.
Gue adalah pemain yang
sangat baru dalam dunia self publishing
dan, ya, gue akan menjual novel ini dengan cara itu.
Untuk temen-temen yang
belum tahu, secara sederhana self
publishing (penerbitan mandiri) adalah metode menerbitkan suatu karya tulis
secara mandiri. Dalam hal ini, kita mengambil alih tugas penerbit seperti
melakukan editing, tata letak, desain
sampul, mencari percetakan, mendistribusikan, hingga memasarkan. Ini seperti band yang meluncurkan albumnya secara indie, tidak bergantung pada major label.
Sejauh ini, gue terus
melakukan “kabar-kabari” dengan kalian untuk memberitahukan proses penulisan
novel gue. Kabar terakhirnya ialah
- naskah gue udah selesai diedit dan dibaca ulang oleh beberapa orang proofreader.
- gue udah menemukan orang yang tepat untuk mendesain sampul depan-belakang sekaligus tata letaknya.
Proses pembuatan
hingga pematangan naskah molor hingga sebulan. Awalnya gue pikir kita akan
langsung tancap gas setelah itu. Tinggal desain sampul dan tata letak.
Sementara itu, gue tinggal mencari percetakan yang tepat.
Rupanya, proses tata
letak itu memakan waktu yang tidak sedikit. Sebulan. Itu artinya, novel gue
akan telat dua bulan.
Kecewa?
Tentu.
Sempat terpikir untuk
menyerah dan memberikan naskahnya pada penerbit. Tetapi, gue udah melangkah
sejauh ini. Tidak pantas rasanya menyerah saat garis finish-nya sudah dekat.
Apalagi, gue udah menemukan percetakan yang tepat. Patokan “tepat” di mata gue ialah
memiliki reputasi yang baik. Reputasi itu gue dapatkan dari seorang teman yang
sebelumnya sukses dengan proyek penerbitan-mandirinya.
Di sisi lain, ada
sifat jelek Steve Jobs dalam diri gue: perfeksionis, tapi tidak sabaran. Gue
terbiasa menekan diri sendiri untuk mencapai kesempurnaan dan kali ini berpikir
untuk meninggalkan itu. Jadi, gue terpikir meninggalkan proses tata letak (yang
artinya buku gue nggak akan nyaman dibaca dan tanpa ilustrasi) dan langsung
naik cetak.
Saat lesu begini, gue
membaca “Midas Touch”. Gue membaca cerita mengenai bagaimana Donald Trump menginginkan
yang terbaik pada setiap proyek propertinya. Betapa dia dengan sabar menunggu
untuk memastikan segalanya dengan baik. Betapa dia juga punya fokus yang prima
terhadap apapun yang dia kerjakan—tidak peduli seberapa sering nasib sial menjumpainya--yang
kemudian dianggapnya sebagai bagian dari rahasia Sentuhan Midasnya.
Gue kemudian mengerti.
Penerbitan mandiri memang tidak mudah pada prosesnya, juga memiliki risiko dalam
kualitas tulisan dan percetakan. Tetapi pengalaman yang didapatkan darinya
sebanding. Gue mau-nggak-mau belajar untuk menulis sekaligus mengedit. Gue
belajar menerima kritik—bahkan pada tingkat yang keras—secara lebih dewasa
alih-alih terjebak dalam distorsi realitas. Gue juga belajar untuk membuat
karya yang bisa memuaskan pasar tanpa harus kehilangan “merk” sebagai penulis
komedi.
Gue belajar banyak
hal. Banyak banget.
Sekarang, gue siap
untuk karya yang lebih baik. Gue bersyukur punya para proofreader yang menyeleksi setiap kata dengan ketat. Gue bersyukur
punya desainer sampul + tata letak yang totalitas dalam menggarap karya gue.
Gue hanya tinggal menunggu karya ini lahir dengan segala keanggunannya pada bulan Juni, insya Allah.
Mohon doa ya,
teman-teman. J
Comments
Post a Comment