Dua Petuah

Oke, gimana cara mulainya?

Sebulan lalu, gue berbicara panjang lebar dengan Asisten Manajer tentang keinginan untuk resign. Asisten manajer gue, Bu Tri, adalah orang yang ramah dan orientasi berpikirnya problem-solving. Kerenlah, apalagi untuk kapasitas gue yang masih baru lulus dan masih butuh bimbingan ini-itu dalam dunia kerja. Gue banyak belajar dari Bu Tri, baik sebagai seorang karyawan maupun sebagai seorang individu.

Saat itu, Bu Tri tanya kenapa. Dia sempat menduga bahwa alasan gue resign adalah kesehatan. Gue iyakan, sambil memberi alasan lainnya sediplomatis mungkin, bahwa gue ingin fokus menulis, setidaknya untuk saat ini. Bu Tri bisa menerimanya, meski gue tau dia nggak suka gue resign dan mungkin udah punya rencana buat gue ke depannya dalam tim. Yang bikin gue salut adalah alih-alih menyalahkan/memberikan negative feedback ke gue, dia justru memberikan beberapa petuah, yaitu:
  1. ikuti kata hati (intuisi), karena semakin ‘didengar’, intuisi akan semakin tajam. Iya juga sih, ini berguna banget karena nggak semua masalah bisa diatasi dengan logika. Gimanapun, manusia punya kemampuan yang terbatas. Sementara setahu gue, kalo udah masuk wilayah intuisi, itu udah masuk campur tangan ‘hal-hal yang di luar manusia’, dalam hal ini sebagai manusia beragama, ‘hal-hal yang di luar manusia’ itu gue terjemahkan sebagai Tuhan; dan
  2. bertanggung jawablah terhadap pilihan yang sudah dibuat. Ketika kita memutuskan untuk memilih, akan ada orang yang nggak sepemahaman dengan kita. Dalam hal ini, orang tua gue. Gue telah mengambil keputusan yang risky di mata mereka. Berisiko. Karena toh gue udah bekerja di perusahaan yang bonafid dan nggak semua lulusan baru bisa menikmati anugerah semacam ini, termasuk lulusan UI sekalipun. Gue sekarang tidak akan menyibukkan diri membalas orang-orang yang berlawanan pemikiran dengan berbagai argumen, tetapi fokus dan bertanggung jawab terhadap pilihan yang gue ambil. Maka, yang harus gue lakukan ialah mengasah kembali kemampuan menulis gue (salah satunya dengan mulai rajin nulis di blog ini, hehehe) dan membuat satu buah novel secepat dan sebaik mungkin.

Inilah pilihan gue, meksipun nggak tau juga udah sejauh mana kemampuan menulis gue, terutama menulis komedi. Tapi seperti kata CJR dalam lagu Terhebat (iya, gue sekarang mulai doyan dengerin Coboy Junior, bodo amat), tak perlu menjadi hebat untuk memulai apa yang kau impikan. Gue, dengan segala ketidaksempurnaan ini, siap untuk memulai kembali perjalanan menjadi penulis.

Selanjutnya, gue akan pegang dua petuah ini dan melakukan pembuktian secepatnya.

Your reborn writer,

Fian.


Comments

Post a Comment

Popular Posts