Semua Raket Bagus

“Semua raket bagus...
Tidak ada raket yang buruk...
Yang menjadi masalah adalah cara kita mempergunakannya.”


Itu adalah pendapat gue dalam mempergunakan sesuatu. Tentu ini adalah pendapat pribadi dan sangat mungkin banyak orang yang menentangnya. Karenanya, biarkan gue menuangkan filosofi sederhana ini dalam sebuah tulisan yang, tentunya, juga sederhana.

Gue pernah mengikuti suatu pertandingan bulutangkis kategori ganda putra. Ketika itu, partner satu tim menyuruh gue untuk mengganti raket yang selama ini gue pakai dengan miliknya. Hal ini dilakukan karena kemampuan raket gue yang memang di bawah rata-rata. Teknologi yang dipakai (T-connector) pun dianggap ketinggalan zaman. Waktu itu, gue sangat ngotot untuk memakai raket milik sendiri. Kenapa bisa begitu? Karena gue merasakan adanya semacam ikatan psikologis antara diri sendiri dengan raket yang biasa dipakai latihan sehari-hari. Waktu itu, gue sangat yakin dengan kemampuan diri sendiri. Belakangan, gue sadar bahwa ternyata itu aja belum cukup....

Singkat cerita, kita kalah dua set pada pertandingan itu. Ada begitu banyak faktor yang dianggap sebagai penyebab kekalahan, seperti musuh yang kuat (yaitu pelatih gue sendiri), penguasaan dan kepercayaan diri yang masih kurang, dan kurang ‘menyatu’nya gue dengan si partner yang sebenernya sangat jago bulutangkis itu.

Setelah mengalami kekalahan, partner menyayangkan sifat keras kepala gue yang menolak menerima pinjaman raketnya. Setelah mengalami kekalahan sekaligus disalahkan oleh partner, akhirnya gue mulai meragukan kemampuan raket sendiri. Ada perasaan menyesal karena tidak menerima pinjaman raket dari partner.

Beberapa tahun kemudian, kenangan ini kembali menyeruak dalam kebun pemikiran gue. Lantas, gue berusaha memahami, apa sebenarnya yang salah dari semua ini. Gue mulai mencari jawabannya dengan cara bermain bulutangkis dengan Eros. Gue mulai bermain dengan memakai beberapa jenis raket yang berbeda. Gue mencoba banyak gerakan maupun trik permainan. Pada akhirnya, gue menyadari sesuatu....

Dari sekian banyak faktor penyebab kekalahan, pemahaman akan karakter raket sendiri adalah yang paling penting. Waktu itu, gue banyak sekali melakukan smash. Gue terlalu bernafsu untuk menghajar lawan sekaligus pelatih sendiri. Gue ingin sekali membuktikan bahwa gue mampu mengalahkan dia, karenanya gue jadikan dia sebagai target smash. Dalam tahap ini, pengendalian diri gue memang sangat lemah. Padahal, raket yang digunakan saat itu memang tidak dirancang untuk kecepatan, sebuah hal yang mutlak diperlukan untuk melakukan smash yang baik. Alih-alih melakukan smash, seharusnya gue lebih banyak memainkan permainan netting tipis atau penempatan bola di sudut arena pertandingan. Batang raket gue sangat lentur untuk permainan bertahan atau serangan balik. Lagipula, lawan gue adalah orang-orang yang, ehm, tergolong tua. Dengan mendorong mereka untuk berlarian dan melakukan smash berulang-ulang, gue bisa menguras stamina mereka sambil mencuri poin. Ketika staminanya habis, mereka tentu akan banyak melakukan kesalahan-kesalahan yang tidak perlu. Belakangan, strategi ini sering gue gunakan. Hasilnya, cukup baik. Semakin besar nafsu lawan untuk mengalahkan gue, semakin besar kemungkinan gue untuk menang.


Terlepas dari dunia bulutangkis, filosofi ‘semua raket bagus’ juga dapat diterapkan di alat lain. Gitar, misalnya. Seorang teman yang memiliki sebuah gitar Ibanez Gio. Gitar ini, katanya, dibeli dengan harga cukup murah. Gue agak lupa juga, tuh, nominalnya. Tapi bukan itu juga sih, hal menariknya. Yang menarik adalah bagaimana cara gurunya mengeluarkan pendapat berkaitan dengan gitar tersebut.

Dalam ceritanya, si guru gitar menekankan pentingnya memahami karakter gitar sendiri, karena setiap gitar punya voice yang bagus jika kita tahu cara menggunakannya. Hasilnya terlihat, dengan gitar yang ‘biasa-biasa saja’ itu, temen gue mampu menciptakan permainan dengan mengeluarkan voice-nya dengan sangat baik. Gitar itu mengeluarkan lengkingan suara yang, bagi gue selaku pendengar awam, keren.


Dari dua kasus ini, ada benang merah yang mampu ditarik.

Pertama, apapun dunia kamu dan alat yang kamu pegang, pahami mereka. Cintai mereka. Ciptakan hubungan psikologis antara kamu dengan alat yang kamu miliki. Kamu perlu ingat bahwa setiap alat mungkin punya kekurangan, namun tentu punya kelebihan juga. Karena kekurangan dan kelebihan bagaikan dua sisi mata uang. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Dalam hal ini, tugasmu adalah mencari potensi yang dimiliki untuk menutupi kekurangan yang ada.

Kedua, penguasaan skill juga penting. Sebagus apapun alat yang kamu punya, kalau nggak punya skill, ya, sama aja. Pada dasarnya, kemampuan yang kamu punya memegang peranan penting dalam upaya memahami karakter alat yang kamu pegang. Setidaknya, itulah kata temen gue.

Teori semacam ini juga udah dibuktikan sama Michael Doohan, juara dunia MotoGP yang berpindah-pindah pabrikan motor selama berkarier sebagai pembalap. Skill-nya sangat membantu dia untuk beradaptasi dengan karakter motor yang akan ditungganginya. Belakangan, caranya diadopsi oleh muridnya sendiri, Valentino Rossi, meski mungkin nggak memiliki track record sebagus pendahulunya. Rossi, setahu gue, ikut memberikan masukan untuk tim Yamaha Fiat dalam merancang sebuah motor yang dianggap baik, dimulai dari hal yang dipandang sepele seperti penggunaan ban motor. Tentu hal ini sulit terjadi kalau memahami karakter motor aja dia nggak mau. Beruntungnya, constructor Yamaha Fiat (yang gue lupa namanya) terbuka dengan masukan-masukan dari pembalapnya. Sejauh ini, kita semua bisa lihat seperti apa hasilnya.

Nah, gue rasa beberapa kasus yang disajikan sudah cukup dalam membuat kalian memahami tulisan ini. After all, jika ditarik kesimpulan secara lebih umum, mungkin jadinya akan seperti ini: kemampuan dalam memahami (potensi) diri sendiri dan (karakter) orang lain akan sangat membantu kita untuk sukses menjalani karier.

Perlu diingat juga bahwa semua itu tidak mungkin terjadi jika kamu tidak punya passion terhadap apa yang kamu lakukan. So, as Billy Boen said, love what you do and do what you love.

That is all. Take the benefit.

Comments

Popular Posts