Bermain Pokemon GO dan Tetap Produktif, Kenapa Tidak?

 youtube.com


Saya termasuk orang yang relatif suka dengan tulisan Yodhia Antariksa. Bila kamu belum familiar dengan namanya, dia adalah founder sekaligus CEO PT. Manajemen Kinerja Utama.

Baru-baru ini, Yodhia menulis di tentang kegilaan Pokemon GO dan bahaya laten smartphone. Buat saya, tulisan ini oke banget. Ada beberapa pertanyaan yang selama ini cuma terpikir dalam perjalanan pergi dan pulang kantor lalu terjawab di sini, meskipun secara tidak langsung. Saya akan kutip sebagian dari tulisannya di bawah ini.


***

Cal Newport dalam risalah terbarunya yang memukau berjudul Deep Work, menyebut sebuah istilah yang layak dikenang: Shallow Work. Shallow work adalah sejenis aktivitas yang dangkal, kelihatan sibuk, tetapi tidak berdampak signifikan bagi peningkatan skills dan income kita.

Ledakan smartphone sungguh telah membuat banyak konsumen terjungkal dalam shallow work yang dangkal dan tidak produktif –atau tidak punya impact nyata bagi peningkatan self competency. Salah satu contoh shallow work, menurut Cal Newport, adalah berjam-jam sok sibuk menghabiskan waktu untuk bermain game (seperti Pokemon Go, Dota, Class of Clans dan sejenisnya) via smartphone atau laptop. Waktu yang sangat berharga, yang sebenarnya bisa dipakai untuk melakukan deep work dan deep thinking demi peningkatan skills, jadi terbuang percuma lantaran berjam-jam dihabiskan untuk bermain game di smartphone.

Gangguan online tanpa henti dari smartphone seperti itu, menurut Cal Newport, acap membuat kita gagal melakukan “deep work” dan “deep thinking”. Deep work artinya menghasilkan karya yang wow, yang butuh fokus, kedalaman, serta konsentrasi yang tajam. Sayangnya, deep work seperti itu kini makin sering gagal dilakukan karena tersapu oleh gelombang distraksi tanpa henti dari smartphone.

Cal Newport juga menulis hal yang menarik: yang melakukan deep work sejatinya adalah programmer yang menciptakan Pokemon (sang jenius yang menghasilkan karya wow seperti itu). Sementara jutaan konsumennya hanya terjebak dalam shallow work –aktivitas yang dangkal.

Namun ternyata bahaya laten smartphone bukan hanya dalam hal merampas waktu produktif kita untuk melakukan hal-hal dangkal seperti main game, cek status abal-abal, atau browsing infomasi online yang tidak punya kaitan dengan perubahan income kita.

Bahaya laten smartphone lain adalah menjebak sel otak kita untuk terbiasa berpikir melompat-lompat –klik ini, klik itu, tap ini tap itu, scroll, scrol, dan terus berputar seperti itu. Smartphone telah mendidik kita untuk tidak pernah bisa fokus dan selalu “tergoda” untuk terus bergerak mengikuti aliran informasi online atau distraksi notifikasi.

Dalam jangka panjang, proses seperti ini amat kelam dampaknya. Sebuah riset neurologi membuktikan, kini makin banyak anak-anak muda generasi digital yang sulit membangun konsentrasi panjang (misal membaca buku 50 halaman atau menekuni sebuah pekerjaan yang menuntut deep thinking).

Attention span kita menjadi makin pendek dan selalu ingin bergegas (mirip seperti saat kita asyik main smartphone).

Akibatnya bisa fatal: sel otak yang terjebak seperti itu jadi makin sulit diajak untuk menekuni sebuah problem sulit, yang menuntut ketekunan dan konsentrasi tajam. Daya kegigihan dan ketekunan kita untuk melakukan deep work dan deep thinking jadi makin redup dihancurkan oleh layar smartphone.

Cal Newport lanjut menulis bahwa tanpa kecakapan dan ketekunan melakukan deep work, Anda hanya akan jadi pecundang dan tidak pernah bisa menghasilkan karya yang "cetar membahana".

***

Guys, sejujurnya, saya sangat menyenangi Pokemon GO. Kalian tentu tahu bagaimana saya relatif aktif mengulasnya di blog ini.

Namun, saya juga sadar bahwa Pokemon GO tidak abadi. Ada banyak hal penting nan berguna lainnya yang dapat kita lakukan demi membuat dunia jadi tempat yang lebih baik untuk ditempati.

"Jadi, mau stop main Pokemon GO?"

Nggak juga.

Yang ingin saya beritahukan adalah bahwa kita tetap bisa menikmati keasyikan bermain Pokemon GO, namun juga bisa tetap produktif dalam apapun yang sedang kita ikhtiarkan di dunia ini. Syaratnya gampang.

Batasi durasinya.

Saya, misalnya, berpikir untuk bermain Pokemon GO tiga puluh menit setiap hari. Saya bisa berangkat dari rumah lebih awal untuk mampir ke sebuah tempat favorit yang dekat dengan kantor. Setelah itu? Meluncur ke kantor dan bekerja dengan tenang.

Tidak memungkinkan untuk melakukan hal itu? Padatkan waktu bermainnya. Beraktivitaslah sebagaimana Pokemon GO belum lahir ke dunia ini, lalu mainkan selama 150 menit alias 2,5 jam di akhir pekan. Hints: GI adalah tempat main yang oke, kalau kamu tipe yang males gerak.

"Yah, kalau begitu caranya, nanti level gue bisa ketinggalan jauh dong?"

Dude, you play it for fun. Kalau menjaga level terasa membebani dan membuatmu tidak enjoy dalam memainkannya, then why don't you uninstall it? Mari bersikap realistis. Pokemon GO tidak akan memberikanmu karier...

...kecuali kalau memang itu mendatangkan uang dan kamu serius menekuninya.

Pada akhirnya, hidup adalah pilihan. Semakin dewasa, batas antara pilihan benar dan salah semakin tipis dan relatif. Karenanya, pilih, lalu jalani dengan bertanggung jawab.



Tapi,

kalau bisa pilih main Pokemon GO sekaligus tetap produktif,

kenapa tidak?



Comments

Post a Comment

Popular Posts